Dadang ; “Rakyat Semakin Berani Bersikap”
KOTA, (GE).- Pemilu
legislatif yang pemungutan suaranya dilaksanakan pada tanggal 9 April
2014, tahapannya sekarang sudah mulai dilakasanakan. Komisi Pemilihan
Umum (KPU) Kabupaten Garut, sejak tanggal 30 Oktober 2012 sudah mulai
melaksanakan verifikasi faktual kepengurusan dan keanggotaan partai
politik calon peserta pemilu legislatif 2014. Seperti diutarakan Anggota
KPU Garut, Dadang Sudrajat, S.Pd, pelaksanaan verifikasi faktual
kepengurusan dan keanggotaan partai politik calon peserta pemilu 2014,
berlangsung sampai tanggal 24 november 2012. Kata Dadang, partai politik
yang diverifikasi faktual kepengurusan dan keanggotaan partai politik
calon peserta pemilu adalah Demokrat, Golkar, PPP, PSIP, PKS, PAN, PKB,
Hanura, PBB, Gerindra, PKPI, Nasdem, PPN, PKBIB dan PDP.
“Verifikasi faktual dimulai dengan memverifikasi faktual
kepengurusan. Yang diverifikasi dokumen kepengurusan, keberadaan ketua,
sekretaris dan bendahara, Serta kerterwakilan perempuan 30%. Ada
beberapa partai yang masih belum memenuhi keterwakilan kepengurusan
perempuan 30% dan parpol tersebut harus memperbaiki sehingga dapat
memenuhi persyaratan yang diatur UU,” ujarnya.
Lanjut Dadang, keudian verifikasi keberadaan kantor politik. Yakni,
partai politik calon peserta pemilu harus memiliki kantor tetap yang
dibuktikan dengan dokumen yang memperkuat bahwa kantor tersebut benar
benar peruntukan kantor politik yang bersangkutan, minimal sampai batas
waktu selesainya tahapan pemilu legislatif. Lalu, keanggotaan. KPU
Kabupaten Garut melakukan tatap muka dengan para anggota parpol hasil
rendum 10%. “Meski berat memverifikasi keanggotaan parpol calon peserta
pemilu 2014, KPU
Kabupaten Garut berusaha untuk melakukan tatap muka dengan para anggota
parpol yang diverifikasi, tanpa memperhatikan hari libur/kerja, jam
kerja/istirahat, medan wilayah yang berat. Tanpa memperhatikan cuaca
panas, dingin, hujan dengan identitas yang diberikan parpol banyak yang
kurang jelas, tapi semuanya dapat dilalui berkat pertolongan Allah, dan
bantuan PPK, PPS, aparatur desa, RT, RW yang telah sangat berjasa dalam
menunjukan lokasi orang yang akan dituju,” jelas Dadang.
Hal yang menarik, imbuhnya lagi, adalah keberanian masyarakat yang
dicantumkan sebagai anggota parpol, berani mengakui sebagai anggota
parpol dan berani juga tidak mengakui sebagai anggota partai politik
dengan berani menandatangani surat pernyataan bukan sebagai anggota
parpol yang dimaksud. Dengan keberanian masyarakat mengakui bukan
anggota parpol yang diperkuat dengan surat pernyataan bukan anggota
parpol (format f 12) yang membuat parpol sulit memenuhi target jumlah
keanggotaan minimal 100 yang mengakui sebagai anggota parpol yang
bersangkutan. Tentunya, hal ini harus jadi pelajaran berharga bagi
partai politik untuk menjalankan mesin pengkaderan yang efektif. (Tata
E. Ansorie)***
Caftion : Dadang Sudrajat, S.Pd
ENTAH fenomena apa yang terjadi di negeri ini. Apakah para
politisi sudah merasa tak percaya diri, karena tak laku lagi di
masyarakat, atau para selebritis mulai ingin merampas ke pemimpinan di
pemerintahan. Yah, dunia artis dijadikan modal untuk hijrah menjadi
pemimpin. Kursi empuk kepala daerah, kini sedang digandrungi para artis.
Pilkada gubernur Jawa Barat saja, telah bertengger sejumlah artis yang
akan memperebutkan singgasana gedung sate. Mulai, Deddy Mizwar, Dede
Yusuf, hingga Rieke Diyah Pitaloka.
Kini, lebih fenomenal lagi si
“Raja Dangdut” Rhoma Irama, digadang-gadang akan merebut istana Negara
untuk tampil menjadi Presiden Indonesia. Seribu satu macam itu bidang
pekerjaan. Dari jadi pengamen sampai jadi seorang presiden. Demikian
sebagian lirik yang dinyanyikan Rhoma Irama. Rupanya lirik lagu itu
menginspirasi dirinya, jangan hanya sekedar jadi “pengamen”, majulah
jadi (calon) presiden. Negeri kita memang negeri demokratis, siapa saja
boleh dicalonkan dan mencalonkan. Yang penting punya modal untuk
membiayai. Urusan jadi atau tidak, urusan belakangan.
Keinginan H. Rhoma Irama, nyalon presiden memang sudah terungkap
diberbagai media, baik surat kabar maupun dunia maya. Bahkan, beberapa
anekdot mulai bermunculan. Majunya raja dangdut itu, karena ingin
merebut “Ani” dari SBY. Mungkin, maksud dari “Ani” disitu merupakan lagu
hitsnya bang haji, yang kebetulan “Ani” itu sendiri istri Presiden
Indonesia, Susilo Bangbang Yudhoyono. Tidak hanya itu, beberapa anekdot
sedang trend di Blackberry Masanger (BBM), yakni terkait susunan kabinet
jika Rhoma Irama menjadi presiden.
Terlepas benar atau tidak, popularitas dijadikan ajang politik untuk
kekuasaan. Entah para selebritis atau artis yang dimanfaatkan oleh
politisi, ataukah artis itu sendiri yang kesemsem ingin menjadi
pemimpin. Pastinya, apapun alasannya, rakyat-lah yang harus membayar
mahal dari dunia panggung pemerintahan ini. terkait bang haji Rhoma
Irama, sepertinya sebagian ulama Islam sedang kehilangan kepercayaan
diri atau kehilangan kepercayaan terhadap politisi-politisi muslim. Jadi
presiden yang penting popularitas. Padahal tidak segampang itu, orang
populer belum tentu diterima, mungkin bang Rhoma bisa diterima sebagai
penyanyi dangdut, tetapi untuk presiden?. Disadari maupun tidak, Rhoma
Irama sejatinya telah menjadi presiden di kalangan “Republik Dangdut
Indonesia”.
Majunya sejumlah selebritis, tentu keputusannya ada di masyarakat.
Semoga masyarakat lebih pandai mengabil keputusan, karena masa depan
negeri ini ada ditangan rakyat. “Terlalu..!
KOTA, (GE),- H. Subhan Fahmi, terpilih secara aklamasi
menahkodai Gerakan Pemuda Ansor Kabupaten Garut masa khidmat 2012 –
2016, pada Konferensi Cabang (Konfercab) XII GP Ansor Garut yang
diselenggarakan di pesantren Al-Musaddadiyah Garut, Rabu (14/11).
Konfercab yang bertemakan ‘Revitalisasi Peran Ansor Sebagai Benteng
Ulama dan Bangsa’ tersebut, diikuti oleh 42 Pengurus Anak Cabang (PAC)
GP Ansor yang ada di Kabupaten Garut. Dalam pembukaan Konfercab yang
bertempat di Pendopo Garut tersebut dihadiri oleh enam ratus undangan,
turut hadir para pejabat pemerintahan Garut, Ketua DPRD Garut, sesepuh
kiayi NU, Banser dan para tokoh pemuda Garut.
Terpilihnya H. Subhan Fahmi, menurut salah seorang peserta dari PAC
Cisompet, tidak lepas dari upaya kompromi para peserta Konfercab dalam
menciptakan susana kondusif. Pasalnya, Konfercab diprediksi berjalan
‘panas’ apalabila 3 orang kandidat yang santer disebut-sebut sebelumnya
dipaksakan maju di arena konfercab. “Maka kami mencari sosok figur yang
lebih muda, cerdas, kalem dan santun. Alhamdulillah, akhirnya kang H.
Subhan Fahmi terpilih secara aklamasi. Ditangannya, Ansor Garut
diharapkan akan lebih maju dan bermartabat,” ungkapnya.
Ketua demisioner DPC GP Ansor Garut, Aceng Amrulloh, S.Ag, M.Pd.I,
ketika dimintai tanggapannya, mengatakan kepada ketua terpilih
diharapkan kepemimpinan GP Ansor Garut ini harus dijadikan sebuah
momentum untuk dijadikan sebagai jembatan dalam rangka mengawal ideologi
Ahlussunnah waljamaah, sekaligus mampu mengembangkan perkaderan demi
mewujudkan kesejahteraan masyarakan. Sehingga, Ansor menjadi pilar
sesunguhnya bagi bagsa dan Negara. “Ansor Garut saat ini harus ikut
mengkritisi kebijakan pemerintah, termasuk mensikapi APBD Garut yaitu
harus memperhatikan terhadap basis pedesaan sekaligus mengarahkan
terhadap pembangunan ekonomi kerakyatan. Insya Allah, H. Subhan Fahmi
adalah figur yang mumpuni dan dapat memberi warna di tubuh Ansor,”
harapnya.
Sementara itu, Ketua terpilih H. Subhan Fahmi dalam sambutannya
mengatakan tidak ada kata lain selain ucapan terimakasih kepada seluruh
PAC yang telah memberikan amanat dan kepercayaan penuh kepadanya dalam
memimpin GP Ansor Garut 4 tahun ke depan. “Apalah artinya saya, jika
tanpa ada dukungan dari teman-teman semua. Mari kita sama-sama membangun
Ansor kearah yang lebih baik,” pintanya. (Syamsul)***
Foto : H. Subhan Fahmi Ketua Terpilih
KERSAMANAH, (GE).- Ketua DPRD Kabupaten Garut, Ahmad Bajuri, SE,
MM, dalam kegiatan resesnya menghadiri kegiatan bhakti sosial berupa
khitanan massal yang diselenggarakan Pesantren Al-Mu’Aawanah, Desa
Sukamerang, Kecamatan Kersamanah, Kamis (15/11).
Saat ditemui, Ketua DPRD Kabupaten Garut, menyampaikan acara
kegiatan itu merupakan kunjungan kerjanya, selain sebagai agenda reses
ke daerah pemilihannya. Disela-sela kegiatan khitanan massal, Bajuri
mengatakan, berkhitan merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh
kaum muslim, terutama yang telah mencapai usia akil balig. Namun
disadari sepenuhnya, bahwa untuk menjalankan kewajiban tersebut tidak
semua orang tua mampu menyediakan dana bagi anak-anaknya berkhitan.
Maka, perlu adanya inisiatif secara sosial menggelar kegiatan khitanan
missal.
“Dengan adanya kegiatan bhakti sosial khitanan massal ini, pihak
pemerintah bisa melihat dan terdorong agar nantinya dapat melaksanakan
kegiatan bhakti sosial ini tiap tahun,“ katanya.
Masih dikatakan Bajuri, kegiatan khitanan massal yang dilakukan oleh
pesantren ini, dirinya juga memberikan apresiasi. Selain itu, kegiatan
bhakti sosial khitanan massal ini, berkaitan dengan kegiatan menyambut
tahun baru hijriah atau I Muharam 1434 Hijriah. “Saya berharap kepada
anak-anak yang sudah dikhitan, kelak menjadi anak yang soleh dan
berbakti kepada orang tua,“ tuturnya.
Sementara, Ketua pelaksana kegiatan bhakti sosial khitanan massal,
Ujang Rahmat, menyampaikan Pesantren Al-Mu’Aawanah, setiap tahun atau
dalam rangka menyambut tahun baru hijriah, sudah menjadi acara rutin
dilakukan. Kata Ujang, tahun ini peserta yang dikhitan sebanyak 21
orang. “Kami pihak panitia tidak membatas peserta khitanan massal ini,
namun sampai acara selesai hanya ada 21 anak yang terkhitan,“ jelasnya.
Lanjut Ujang, setiap anak yang dikhitan mendapatkan satu baju koko,
peci, kue, bakakak ayam, serta uang panyencep. “Kegiatan ini merupakan
kegiatan rutin bagi pesatren kami dalam menyambut tahun baru hijriah.
Karena sudah menjadi kewajiban umat muslim harus saling membantu,
khususnya bagi yang ekonominya lemah,“ katanya. (NRH)***
Caftion : Ketua DPRD Ahmad Bajuri, SE, MM, saat menyaksikan seorang
anak yang dikhitan dalam kegiatan bhakti sosial di Desa Sukamerang,
Kecamatan Kersamanah, Kamis (15/11).
GEDUNG DEWAN, (GE).- Salah satu tugas Anggota Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD), setiap masa istirahatnya atau usai melaksanakan
sidang paripurna, melakukan kunjungan ke daerah pemilihannya untuk
menyerap aspirasi dari masyarakat. Kunjungan anggota DPRD tersebut lebih
dikenal dengan kegiatan reses. Demikian pula dilakukan para anggota
DPRD Kabupaten Garut yang berjumlah 50 orang, saat ini sedang
menjalankan resesnya di masing-masing daerah pemilihannya. Adapun dalam
reses itu, anggota DPRD Garut tentunya dibekali anggaran hingga
mencapai sekitar Rp 700 juta.
Saat ditemui Sekretaris Dewan (Sekwan) DPRD Kabupaten Garut, Farida
Susilawati, SH, M.Si membenarkan, sekarang ini anggota DPRD Kabupaten
Garut sedang mengikuti reses ke setiap dapilnya masing-masing. Setiap
satu orang anggota DPRD Garut, tentunya dibekali biaya untuk
mengumpulkan konstituennya minimal 300 orang yang hadir. Sementara,
mengenai jumlah anggaran setiap anggota dewan, tergantung daerah
pemilihannya. Seperti, dapil 1, 2, dan 3, satu orang anggota mendapatkan
anggaran sebesar Rp 16 juta. Adapun Daerah pemilihan 4 dan 5, satu
orang anggota mendapatkan Rp 17 juta sampai 18 juta.
“Anggota DPRD Garut yang melaksanakan reses ada 50 orang. Biayanya
dikeluarkan dari APBD 2012, mencapai sekitar Rp 700 juta lebih,“
katanya.
Farida menambahkan, kegiatan reses tersebut akan dilaksanakan selama
enam hari. Nantinya, sesudah beres melakukan reses, masing-masing
anggota akan mempertangungjawabkan anggaran yang terpakai dalam reses
itu dan dipinta dalam bentuk laporan, melalui rapat paripurna terbatas.
“Kegiatan reses anggota DPRD Kabupaten Garut, terhitung dari mulai Senin
12 November hingga Sabtu 17 November 2012. Dari enam hari reses
tersebut, gedung dewan akan kosong karena semua anggota turun ke daerah
pemilihannya,” jelas Farida.
Adapun, Anggaran yang dialokasikan dari APBD untuk anggota DPRD
selama resenya itu, menurut Farida, nantinya dipergunakan untuk
menampung aspirasi masyarakat dan konsistuenya oleh anggota DPRD yang
bersangkutan. Untuk kegiatan penampungan aspirasi selama resenya itu,
perlu anggaran diantaranya untuk keperluan makan dan minum, dokumentasi,
sewa tempat dan untuk buktinya nanti bisa dilihatkan lewat bukti foto,
kwitansi dan kehadiran konstituennya. “Dalam satu tahun ini, anggota
DPRD melaksankan kegiatan resesnya hanya tiga kali dengan anggaran
dikeluakan dari APBD. Untuk tahun 2012 ini, anggota DPRD selama reses
menghabiskan anggaran APBD mencapai sekitar Rp 1,5 miliar lebih,”
ungkapnya. (NRH)***
Caftion : Farida Susilawati, SH, M.Si
GD. PENDOPO, (GE).- Ada hal yang menarik ketika dilaksanakan pencanangan
pembangunan zona integritas menuju wilayah bebas korupsi pada Selasa
(22/5) lalu, di Gedung Pendopo. Bahkan para nara sumber, seperti Asisten
Deputi Pengawasan Masyarakat dan Pemberantasan Korupsi, Ir. Iskandar
Hasan, M.Ec, Kementerian PAN dan Reformasi Birokrasi, Dominikus Dalu,
Asisten Utama Penyelesaian Laporan Masyarakat, Ombudsman, dan Fungsional
Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat KPK, Harismoyo Retnoadi, begitu
serius mendengarkan pertanyaan Sekda Garut, H. Iman Alirahman, SH, Msi,
dalam konteks dialog interaktif dengan nara sumber.
Dalam
penyampaiannya, Iman, menilai soal kedudukan birokrasi yang tidak ada
kejelasan. Menurutnya, di satu sisi Undang-undang mengatakan bahwa
birokrasi harus netral, tetapi netralitas yang diberikan oleh
Undang-undang itu boleh dikatakan setengah-setengah. Disatu pihak harus
netral, tapi disatu pihak diberikan hak pilih.
“Bagaimana bisa
menempatkan netralitas, sementara dalam dalam politik diberikan hak
pilih. Kondisi ini dapat berpengaruh terhadap monopoli. Saya ingin
katakan bahwa birokrasi yang netral seperti itu menimbulkan ketanggungan
di tubuh birokrasi,” ujarnya.
Oleh karena itu, imbuh Iman, dirinya
menyarankan pertimbangan dari Kementrian PAN, agar posisi birokrasi
berada pada tempat yang benar-benar netral. Apalagi saat ini sedang
dibahas Undang-undang tentang Aparatur Sipil Negara, apakah lebih baik
disana dimuat biar birokrasi ini seperti TNI yang posisinya benar-benar
netral. Pada akhirnya, setiap dilaksanakan pemilihan kepala daerah tidak
perlu dilibatkan sebagai pemilih. Siapapun yang mau menjadi pemimpin di
daerah itu, birokrasi tidak harus berhubungan, seperti jaman dulu
ketika siapa yang harus menjadi bupati, birokrasi tidak mesti tahu.
“Sekarang ini mohon maaf birokrasi, sehingga ini yang menyebabkan
monopoli itu agak sulit untuk bisa dinetralisir, karena Undang-undangnya
seperti itu. Barangkali yang paling mendasar ketika zona integritas
menjadi sebuah komitmen pribadi birokrat, ini akan sangat dibantu
apabila kedudukan birokrasi lepas dari berbagai kepentingan,” kata Iman.
Menanggapi
pernyataan tersebut, pihak Kementerian PAN dan Reformasi Birokrasi,
Dominikus Dalu, menyambut baik dan mendukung apa yang disampaikan Sekda
Kabupaten Garut. Pihaknya sebenarnya sudah mengusulkan hal itu dalam
pembahasan Undang-undang Aparatur Sipil Negara. “Monopoli memang tidak
dapat dilepaskan, sepanjang tidak keluar dari aturan. Tetapi posisi
birokrasi dalam netralitas, hal ini telah kami bahas pula agar dapat
masuk dalam Undang-undang Aparatur Sipil Negara,” ujarnya. (Tata E.
Ansorie)***